Sabtu, 26 Mei 2012

askep diare

LAPORAN PENDAHULUAN

I.     KONSEP DASAR MEDIS
A.    Pengertian
Beberapa pengertian diare:
1.      Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2.      Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3.      Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
4.      Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
5.       C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
6.      Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.


B.     Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1.      Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.      Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
3.      Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4.      Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
1.      Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan.
2.      Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi.
3.      Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah
Pedoman MTBS tentang klasifikasi diare
Tanda dan Gejala Yang Tampak
Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala berikut :
·         Letargi/ tdk sadar
·         Mata cekung
·         Tdk bisa minum/malas minum
·         Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
diare dengan dehidrasi berat
Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala berikut :
·         Gelisah, rewel atau mudah marah
·         Mata cekung
·         Haus, minum dengan lahap
·         Cubitan kulit perut kembalinya lambat
dehidrasi dengan dehidrasi ringan/ sedang
Tdk cukup tanda2 untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang
diare tanpa dehidrasi
Diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan dehidrasi
diare persiten berat
Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai dengan dehidrasi
diare persiten
Terdapat darah dalam tinja (berak campur darah)
disentri

C.    Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.      Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a.       Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b.      Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.      Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a.       Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b.      Kurang kalori protein.
c.       Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.         Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.      Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
D.    Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1.      Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.      Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.      Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3.      Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.      Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
a.    Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
b.    Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c.    Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5.      Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
E.     Manifestasi Klinis
a. Muntah
b. Demam
c. Nyeri Abdomen
d. Membran mukosa mulut dan bibir kering
e. Fontanel Cekung
f. Kehilangan berat badan
g. Tidak nafsu makan
h. Lemah
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
·         Berak cair 1-2 kali sehari
·         Muntah tidak ada
·         Haus tidak ada
·         Masih mau makan
·         Masih mau bermain
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
·         Berak cair 4-9 kali sehari
·         Kadang muntah 1-2 kali sehari
·         Kadang panas
·         Haus
·         Tidak mau makan
·         Badan lesu lemas
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
·         Berak cair terus-menerus
·         Muntah terus-menerus
·         Haus sekali
·         Mata cekung
·         Bibir kering dan biru
·         Tangan dan kaki dingin
·         Sangat lemah
·         Tidak mau makan
·         Tidak mau bermain
·         Tidak kencing 6 jam atau lebih
·         Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
F.     Komplikasi
1.      Kehilangan air dan elektrolit : Dehidrasi, Hipokalemia, Asidosis metabolik, Kejang, Alkalosis metabolik
2.      Gangguan sirkulasi darah : Syok hipovolemik
3.      Gangguan gizi : Hipoglikemia, Malnutrisi energi protein, Intolerasi laktosa sekunder
G.    Penentuan Derajat Dehidrasi
4.      Berdasarkan BB :
a.       Ringan : penurunan BB < 5 %
b.      Sedang : penurunan  BB 5 – 10 %
c.       Berat : penurunan BB > 10 %
5.    Menurut Haroen Noerasid (modifikasi) :
a.       Ringan : Rasa haus dan Oliguria ringan
b.      Sedang : Tanda diatas + turgor kulit ↓, ubun-ubun dan mata cekung
c.       Berat : Tanda diatas + somnolen, sopor, koma, syok, nafas kussmaul
3.       Berdasarkan ketonusan cairan
a.       Dehidrasi Isotonis
1)      Kehilangan air dan Na dalam proporsi yang sama.
2)      Merupakan dehidrasi yang terjadi karena diare
3)      Tanda : sangat cepat, haus ekstremitas dingin dan berkeringat, kesadaran menurun dan muncul gejala syok hipovolemik
b.      Dehidrasi Hipertonis
1)      Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi kehilangan air lebih banyak (Na >150 mmol/L)
2)      Tanda  : anak sangat haus,iritabel
c.       Dehidrasi Hipotonis
1)      Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi kehilangan Na lebih banyak (Na >130 mmol/L)
2)      Tanda : anak letargi, kejang.
H.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
2.      Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih.
3.      Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
4.      Pemeriksaan laboratorium.
a.       Pemeriksaan tinja.
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
c.       Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
d.      Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
I.       Penatalaksanaan
1.      Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a.       Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1)      Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
a)      Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tindakan:
·         Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya .
·         ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
·         Makanan diberikan seperti biasanya
·         Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat
b)        Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tindakan:
·         Berikan oralit
·         ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
·         Teruskan pemberian makanan
·         Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
·         Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat
c)         Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat .
Tindakan:
·         Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas Perawatan
·         Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
Takaran Pemberian Oralit.
Ø  Di bawah 1 tahun
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret .
Ø  Di bawah 5 tahun (anak balita)
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
Ø  Anak di atas 5 tahun
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret.
Ø  Anak diatas 12 tahun dan dewasa
3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)
2)      Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
a)      Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun berat badan 3 - 10 kg :
Ø  1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
Ø  7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
Ø  16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b)        Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan berat badan 10 - 15 kg
Ø  1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c)         Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.
Ø  1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
Ø  7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
Ø  16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d)         Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2 -3  kg.
Ø  Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e)          Untuk bayi berat badan lahir rendah.
Ø  Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b.      Pengobatan dietetic
1)      Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a)      Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
b)      Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
c)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
2)      Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
c.       Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
1)      Obat antisekresi
2)      Obat antispasmolitik
3)      Obat pengeras tinja
4)      Antibiotika, kapan perlu
2.      Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

II.      KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun)
1.      Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
a)      Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
b)      Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
c)      Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg - 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
d)     Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
e)      Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya , perjalanan penyakit, penyembuhan,  kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
f)       Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
g)      Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
h)      Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
i)        Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg - 4 Kg. Berat badan bertambah 150 - 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
4.      Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
5.      Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
6.      Reaksi Hospitalisasi
a)      Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
b)      Perubahan pola kegiatan rutin
c)      Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
d)     Kehilangan otonomi
e)      Takut keutuhan tubuh
f)       Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
7.      Aktivitas Sehari-Hari
a)      Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
b)      Output cairan :
IWL (Insensible Water Loss)
{  Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
{  Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh - 36,8 oC)
SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan feces. Yaitu :
{  Urine : 1 - 2 cc / Kg BB / 24 jam
{  Faeces : 100 - 200 cc / 24 jam
c)      Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
8.      Pemeriksaan Fisik
a)      Tanda-tanda vital
·         Suhu badan : mengalami peningkatan
·         Nadi : cepat dan lemah
·         Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
·         Tekanan darah : menurun
b)      Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c)      Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
d)     Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e)      Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer.

f)       Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g)      Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h)      Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i)        Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j)        Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k)      Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l)        Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
9.      Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a)      Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
b)      Motorik Halus
Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
10.  Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
4.      Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
5.      Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
6.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7.      Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
8.      Kecemasan keluarga berhubungan dengan  perubahan status kesehatan anaknya.
9.      Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
C.       Rencana Keperawatan
Dx.1 Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
1.      Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2.      Pantau intake dan output.
Rasional : Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
3.      Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4.      Kolaborasi pelaksanaan terapi definitive.
Rasional : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah  penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan.
Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik.
2.      Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan.
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
3.      Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4.       Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional :Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut
Dx.3 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
1.      Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak peningkatan suhu.

2.      Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati normal.
3.      Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional :   Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.
4.      Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional :   Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
Dx.4 Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
1.      Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :   Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
2.      Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional :   Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
3.      Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional :   Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
4.       Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :   Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.
Dx.5 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.

Intervensi :
1.      Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :  Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
2.      Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan steril.
Rasional :   Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan penyembuhan.
3.      Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
4.      Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan kulit.
Dx. 6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi        :
1.      Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
 Rasional:     Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
2.      Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional:    Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
3.      Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan.
Rasional:    Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
4.      Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional:    Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
Dx.7 : Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi :
1.      Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.
2.      Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping.
3.      Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4.      Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi.
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5.       Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.8 : Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi :
1.      Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
2.      Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
3.      Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan.
Dx.9 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi :
1.      Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2.      Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
3.      Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4.      Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya.
D.       Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
E.       Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
















ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “DIARE”

I.     Biodata
A.    Identitas Klien
1. Nama Klien                         : An. “F”
2. Tempat Tanggal Lahir         : Kendari, 7 Oktober 2009 (1 tahun 6 bulan)
3. Jenis kelamin                       : Laki-laki
4. A g a m a                             : Islam
5. Pendidikan                          : -
6. Alamat                                : Jl. Torada
7. Tanggal Masuk                    : 4 April 2011
8. Tgl pengkajian                     : 5 April 2011
9. Diagnosa medik                  : Diare
    10. Rencana terapi                    : Cotrimoksazole 2 x 1 cth
                                                        IVFD Assering sist. 24 jam
                                                 4 jam I          : 42 tts/menit                                                     20 jam II       : 24 tts/menit
B.     Identitas Orang tua
1. Ayah
      a. N a m a                                      : Tn. A
      b. U s i a                                        : 37 tahun
      c. Pendidikan                                : S1
      d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Wiraswasta
      e. A g a m a                                   : Islam
      f. Alamat                                       : Jl. Torada
2. Ibu
      a. N a m a                                      : Ny. H
      b. U s i a                                        : 32 tahun
      c. Pendidikan                                : S M A
      d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: URT
      e. Agama                                       : Islam
      f. Alamat                                       : Jl. Torada
      C. Identitas Saudara Kandung    
No

N A M A

U S I A
HUBUNGAN
STATUS KESEHATAN
1.
An. C
5 tahun
Saudara kandung (kakak)
Sehat

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
      Ibu klien mengatakan anaknya berak-berak dengan konsistensi encer.
III. Riwayat Kesehatan
A.    Riwayat Kesehatan Sekarang :
Berak-berak dialami sejak dua hari yang lalu, frekuensi lebih dari 10 kali. Feces encer, berair,ada lendir tidak ada darah. Muntah lebih dari 10 kali, menyemprot, isi muntahan susu yang diminum. Sebelum ke RS orang tua klien membawa anaknya ke dokter praktek dan diberi resep, tapi resep tersebut tidak ditebus. Kemudian orang tua membawa anaknya ke RS di UGD setelah dianamnese klien langsung dibawa ke Perawatan Anak dan langsung ditindaki berupa pemasangan infus Assering sistem 24 jam. Diare yang dialami klien menurut orang tua tidak dia ketahui apa penyebabnya, konsistensinya encer, warna kuning, bau busuk dan setiap selesai minum susu klien akan berak dan muntah.
B.     Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a.       Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan di Puskesmas.
b.      Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu tidak ada, tapi oleh dokter dianjurkan untuk rutin memeriksakan kehamilannya karena ibu menderita Hipertensi di trisemester terakhir kehamilan.
c.       Ibu tidak ada riwayat terkena sinar yang membahayakkan kehamilan dan tidak  mengkonsumsi obat-obatan secara rutin.       
d.      Ibu lupa akan kenaikan berat badan selama hamil.
e.       Imunisasi TT  kurang lebih dua kali menurut ibu.
f.       Golongan darah ibu A Golongan darah ayah B
2.       Natal
a.   Tempat melahirkan : Rumah Sakit Provinsi.
                  b.   Jenis persalinan  normal.
                  c.   Penolong persalinan dilakukan oleh dokter dan bidan
e.       Tidak ada komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan.          
            3. Post natal
a.       Kondisi bayi : BB lahir 2800 gram, PB 60 cm.
b.      Anak pada saat lahir tidak mengalami  penyakit kuning, kebiruan , kemerahan ,problem menyusui , BB tidak stabil
            (Untuk semua Usia)
1.      Klien pernah mengalami diare pada umur 4 bulan dan hanya diberikan obat oleh dokter anak praktek tanpa opname                   
2.      Klien tidak pernah mengalami kecelakaan baik jatuh, tenggelam,lalu lintas atau, keracunan.
3.      Klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan menggunakan zat / subtansi kimia yang berbahaya.
4.      Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya sama.
C.     Riwayat Kesehatan Keluarga
1.      Dalam keluarga ada riwayat alergi berupa gatal-gatal pada kulit terutama ibu jika mengkonsumsi makanan seperti terasi dan ikan kering.





2.     
?
X
X
X
Genogram
                ?                                                                                                                    
?
?
?
32
37
?
X
?
 


                                                                                                                                                     
1,6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar